Halo sob, kali ini saya mau bagi info Wisata Jogja : Jelajah Kampung Kauman Yogyakarta. Nah kepo kan ? Cekidot sob…
Kampung Kauman Yogyakarta : Pusat Berkembangnya Islam Modern
Berwisata di Yogyakarta rasanya wajib banget untuk wisata jelajah Kampung Kauman Yogyakarta. Kampung ini memiliki keunikan tersendiri yang sangat menarik. Tentu Kampung Kauman Yogyakarta ini telah menjadi kawasan bernilai , bersejarah dengan segala kisah perkembangannya, terdapat banyak bangunan cagar budaya.
Kampung Kauman Yogyakarta terletak tepat di barat Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Kampung Kauman Yogyakarta ini memiliki luas wilayah kurang lebih 192.000 meter persegi yang sebelah utara dibatasi Jl. KH Ahmad Dahlan, sebelah barat Jl. Nyai Ahmad Dahlan (dahulu Jl. Gerjen), dan sebelah selatan Jl. Kauman.
Kampung Kauman Yogyakarta sangat erat kaitannya dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan juga tempat berkembangnya Islam Modern. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta. Benar – benar luar biasa kampung Kauman Yogyakarta ini.
Seperti sobat ketahui Kerajaan-kerajaan di Jawa memiliki konsep Catur Gatra Tunggal dalam membangun pemerintahannya. Salah satunya adalah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Catur Gatra Tunggal atau disebut juga Catur Sagotra merupakan cerminan pemerintahan yang memperhatikan unsur sosial, ekonomi, religi, dan budaya sebagai unsur-unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain. Catur Gatra Tunggal berarti empat elemen yang menjadi satu kesatuan. Terasa khas dan begitu kuat filosofi masyarakat jawa yang terus terjaga.
Singkatnya sobat bisa melihat Konsep Catur Gatra Tunggal , terdapat alun-alun utara sebagai area sosial yang dikelilingi bangunan Keraton sebagai pusat pemerintahan, Masjid Gedhe Kauman sebagai Masjid Agung Keraton tempat ibadah dan area religius, yang terakhir ada Pasar Beringharjo sebagai area perekonomian.
Permukiman Kampung Kauman Yogyakarta ini unik gaes, ternyata antar rumah saling terhubung satu sama lain. Pada perkembangannya masyarakat Kauman memiliki ikatan kekeluargaan yang pekat, hal ini terjadi dikarenakan adanya ikatan yang kuat antar abdi dalem pamethakan yang mendorong terjadinya perkawinan endogami. Terasa khas lingkungan permukiman di kampung Kauman sangat padat dengan gang-gang kecil di dalamnya. Selain itu sangat terasa keramahan penduduk dan suasana kampung yang religius.
Di setiap rumah pun yang masih asli yang kebanyakan bergaya Indishce perpaduan eropa jawa islami terdapat trap , mini tangga berundak. Ternyata ini bisa sebagai tempat bersosialisasi dengan tetangga. Bisa untuk duduk – duduk sambil berbincang santai dengan tetangga langsung di depan rumah. Terasa filosofis beretika dan fungsional. Selain sebagai pembeda antara jalan. Jadi ketika sobat menjelajah kampung ini harus berjalan kaki menelusuri setiap sudut dan gang. Membawa motor pun harus dimatikan dan dituntun.
Sultan Hamengku Buwono I saat itu mengumpulkan para ulama ahli agama atau ketib/penghulu yang tinggal di sekitar Masjid. Para ulama yang dikenal dengan ketib ini mendirikan langgar yang berfungsi sebagai pesantren. Selain itu pada masanya ada 40 abdi dalem yang diperintahkan untuk memakmurkan masjid tersebut. Nah orang-orang yang tinggal di sekitar masjid tersebut adalah orang yang menegakkan ajaran Islam yang dikenal sebagai Qaaimuddin , orang jawa mengenal dengan pakauman selanjutnya dikenal dengan nama Kauman.
Penempatan seorang abdi dalem yang bernama Pamethakan yang diberi tugas mengurusi bidang keagamaan inilah sejarah lahirnya kampung Kauman. Pada zaman kerajaan kampung Kauman menjadi tempat bagi 9 ketib atau penghulu untuk mengurusi dan membawahi urusan agama. Seiring dengan perkembangan waktu komunitas santri di Kauman semakin berkembang dalam ikatan persaudaraan dan keagamaan.
Kampung Kauman sejak tahun 1900 – 1930 mempunyai kesetaraan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai abdi dalem Keraton dan penghasil karya karya batik merupakan sumber mata pencaharian masyarakat pada waktu itu. Perkembangan pengetahuan agama masyarakat tersebut semakin maju karena didapat dari pondok pesantren di tempat tersebut.
Saat pertama kali memasuki kampung Kauman Yogyakarta, bangunan Masjid Gedhe Kauman sangat menarik perhatian sobat semua sebelum mulai jelajah kampung memasuki kawasan pemukiman satu ini.
Mesjid Gedhe Jogjakarta atau dikenal dengan Masjid Gedhe Kauman merupakan rangkaian yang sangat erat dengan Karaton Ngayogyokarto Hadiningrat, yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I Senopati ing Ngalogo Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ing Ngayogyokarto. Masjid Gedhe didirikan pada tanggal 29 Mei 1773 ( dalam prasasti : Pada hari Ahad Wage, 6 Robiul’akhir tahun Alip, sengkalan :“GAPURA TRUS WINAYANG JALMA” ( 1699 Jw.=1187 H=1773M). Pemrakarsa adalah Sultan dan Kyai Penghulu Faqih Ibrahim Diponingrat, sedangkan sebagai arsiteknya yang terkenal waktu itu Kyai Wiryokusumo. ( http://mesjidgedhe.or.id )
Oleh karena jamaahnya melimpah, maka pada tahun 1775 dibangunlah Serambi Masjid Gedhe ( didirikan pada: Hari Kamis Kliwon, tanggal 20 Syawwal tahun Jimawal, sinengkalan “ YITNO WINDU RESI TUNGGAL”=1701 Jw. Atau “TUNGGAL WINDU PANDITO RATU”= 1701 Jw.= 1189 H= 1775 M ). Serambi Masjid Gedhe selain dipakai untuk sholat, juga difungsikan sebagai “AL MAHKAMAH AL KABIROH”, yaitu sebagai pertemuan Alim Ulama, Pengajian Dakwah Islamiyah, Mahkamah untuk Pengadilan masalah keagamaan, pernikahan, perceraian, dan pembagian waris. Selain itu juga untuk peringatan hari-hari besar Agama Islam. ( http://mesjidgedhe.or.id )
Selain Serambi, dibangun pula ”PAGONGAN” ( Pa= tempat, Gong= salah satu instrumen alat musik Jawa Gamelan), letaknya di halaman masjid, di dua tempat yaitu sudut kiri dan sudut kanan halaman. Tempat ini digunakan sebagai tempat peralatan dakwah dengan pendekatan kultural yaitu Gamelan Sekaten, yang dibunyikan pada setiap peringatan Maulid nabi Muhammad Saw. Instrumen musik Gamelan Sekaten ini sangat terkenal dan punya daya tarik pada masyarakat untuk mengenal dan kemudian memeluk agama Islam dengan sukarela. Nama SEKATEN sendiri berasal dari kata ”SYAHADATTAIN” yang berarti dua kalimah syahadat. ( http://mesjidgedhe.or.id )
Pada tahun 1840 dibangun REGOL MASJID yaitu pintu gerbang yang dikenal sebagai GAPURO, berasal dari kata ”ghofuro” ampunan dari dosa, adapun maksudnya mungkin bila orang memasuki masjid melewati Gapuro, berniat baik memasuki Islam, akan mendapatkan ampunan dosa. Pembangunan regol ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 23 Syuro tahun Dal, sengkalan ”PANDITO NENEM SEBDO TUNGGAL” = 1767Jw.=1255 H = 1867 M. ( http://mesjidgedhe.or.id )
Yup gaes.. diawali dengan perjalanan dari Pagongan di pelataran Masjid Gedhe Kauman mulai berjalan mengelilingi perkampungan. Perjalanan diawali dengan mengulas Masjid Gedhe Kauman. Lanjut mengunjungi Kawedanan Pengulon, nah begini sob dulunya menjadi tempat dinas Kiai Penghulu yaitu Kantor Menteri Agama di wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Perlu sobat ketahui tugas dari Penghulu di sini adalah sebagai pemimpin kegiatan keagamaan di lingkungan Keraton sekaligus sebagai pimpinan Masjid Gedhe Kauman sebagai masjid induk. Ada juga pendopo Majelis Surambi sebagai pengadilan agama di zaman dulu. Perjalanan dilanjutkan melewati Monumen Syuhada Fisabilillah yang bertuliskan nama warga Kauman yang ikut berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat Agresi Militer Belanda pada tahun 1946 hingga 1949.
Di balik monumen ini, juga terdapat komplek pemakaman Nyai Ahmad Dahlan, istri dari KH Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah. Dan sobat juga melihat sebuah langgar (masjid kecil) khusus perempuan yang dibangun pada tahun 1951. Di Kauman sendiri terdapat dua langgar khusus perempuan dan langgar khusus lelaki.\
Foto Jelajah Kampung Kauman Yogyakarta